Kamis, 22 Juli 2010

PUISI: AIR MATA AYAT SUCI

AIR MATA AAYAT SUCI

Nding Saefudin

berdiri khsyuk menghadap tertib penuh sakral
terasa damai dan ada kesejukan disetiap nadi-nadiku
ku sapa dengan ayat-ayat suci yang penuh makna
menghantar air mata keikhlasan atas segalabya

ya.....muhammad SAW
engkau telah mewariskan kebenaran
langkahmu penuh pasti menghantar perintah-Nya
aku ingin selalu berada dalam genggaman kebenaran
kan selalu kugenggam A-qur`an sebagai pedoman

aku akan selalu mengenangmu
ku patut membuka mulut manis
bersenandung irama rasulku
dengan penuh sentuhan keimanan

PUISI: UNTUK LORONG

UNTUK LORONG

Nding Saefudin

bertutur katalah yang baik saudaraku
bukan berkata untuk mencuri
berdirilah rentangkan tangan
buat lingkaran indah
lantas kita isi pundi-pundi kesepakatan
untuk menjalin kemufakatan

lepas dan relakan apa yang kita miliki
kita ramu bersama berbuat sesuatu
lantas kita tebarkan dalam lorong
agar lorong gelap menjadi terang

dan terisi menjadi berguna
lorong gelap disana menanti
apa yang kita miliki
liar

gunduka awan liar berkejaran
tak ada lagi putih
hitam semakin berkuasa
ufuk timur liar tak bersahabat
tak lagi memancarkan cahaya

gelap terus menyelimuti
garis-garis nurani liar berkuasa
menhantam kebenaran
menghujam demi kekuasaan

ayat-ayat suci dijadikan topeng
liar berhamburan tak lagi nyata
telah menjadi lipstik berdasi
kebenaran iman liar menjadi jasad

mati terbunuh mengejar jahil
tersungkur lumpur buta
engkau dan aku liar
saling merebut ketenaran
hanya tuk menunjukkan kemampuan

Minggu, 18 Juli 2010

PUISI: wajah malam

WAJAH MALAM

Misnadien Zaim

seiring tinta ma`rifat
di balik wujud hakikat
kau kirim prajurit syariat
melalui jembatan tarekat

hati yang kau tanam dalam jiwa
jiwa yang kau tancap dalam raga
melukiskan tahta di balik sengsara
menebarkan asa seiring masa

tiada lain,selain hanya kepada-Nya
tiada waktu tanpa kecuali hanya untuk-Nya
dan tiada unutk kalau bukan kepada-Nya

takdir itu hanya dari-Nya
untuknya,dan kepadanya kita menyerah
iyyaka na`budu waiyaka nasta`ien

Selasa, 13 Juli 2010

GUNUNG TAMBORA

GUNUNG TAMBORA



gunung tambora
menyundul langit biru sumbawa
pagi hari mentari mengirim sinar
menerpa wajah hijau berseri
sore hari terpatri
cahaya layung ramping
kening gunung menjulang
menyimpan misteri
memendam materi
air bening mengalir
membelit tumit bukit
menururni lahan sawah
mengalu kesuburan
membuka kelopak senyum warga dusun
damai pun menyemai
di mana-mana

BANGSAKU

BANGSAKU

Fatima HR


dulu kami disakiti penjajah
sekarang kami memanen buah
dulu kami jadi romusha
ssekarang kami jadi pengusaha

aku bangga pada bangsaku
usai dibantai dan dihabisi
bangkit dengan semangat baru
dan berambisi

doa-doa ku menembus salju
tangis jerit yang dulu terngiang di telingaku
terkikis habis
melepas suram tangan meraih
di puncak gunung hati nurani

SALAM RINDU

SALAM RINDU

Gusriani


bersama angin kutitipkan
salam rindu untukmu
kucoba merangkai kata
sebagaia pencabut rindu
kasih...

kasih...
goreskan penamu
kabarkan tentangmu

rindu...
hanya salam rindu
yang dapat kusampaikan
oh...angin bantu diriku
tuk sampaikan salam

BERUCAP KATA

BERUCAP KATA

Irayani Yasin


kala senja datang menjemput
sang surya bercengkerama dengan alam
memasuki peraduan terakhir
berucap kata selamat tinggal matahari

langit biru bermandi jingga
bunga-bunga bernyanyi riang
menari dengan senyuman manis
berucap kata selamat datang bintang

waktu berlalu memudarkan jingga
burung senja berkicau riuh
mendendangkan musik alam
berucap kata selamat datang bulan

angin berhembus menyapu debu
menyejukkan hati sang pencinta
memuji keindahan alam
berucap kata selamat datang fajar

SURAT PERJANJIAN

SURAT PERJANJIAN

Zahratul Azizah


ibu,
ini kubawa sepiring kaktus
untuk makan malam kita
malam makin larut,ibu

tuangkan air matamu ke dalam gelas kaca
kita teliti gerakan busanya
lalu kita minum bersama-sama
agar kaktus tidak begitu busuk
agar mengeras baunya yang busuk

maaf,ibu...
sejak kecil aku selalu mengganggumu
menguras air susumu
menguras air matamu
bukan begitu maksudku

matahari yang salah,ibu
membakarku,merayuku,menghisapku
menerobos celah-celah dinding nuraniku
kau kini menangis
ketika sawah dan ladang kasih kita mengering

ibu...
saat aku kau sapih
aku merintih

bacalah suratku,ibu
kuselip suratku di balik kusen jendela
bacalah sepertiga malam
di bawah remang taplek musholla

MERPATI PUTIH

MERPATI PUTIH

Jayanti


kepak sayap merpati
menghapus pilu kita
putihmu suci
sesuci embun pagi
kepak sayap merpati
menghapus galau hati
merdu suara bernyanyi
menyejukkan nurani
memberi arti
tiap hari

SANG PENYIHIR

SANG PENYIHIR

sutardji calzoum bachri

bahasa malaikatmu membelai mesra
buah dada cakrawala
kau sihir awan menjelma air susu
kuhisap lewat lidah-lidah cemara
getar segar rasa berselendang air mata
aku terpukau membilang-bilang
pasir di pesisir batang-batang
sekecil alam di paras malam
dan kuhitung jerawat-jerawat langit
yang menetas dan mencuat madu
madu rindu di kelopak mawarku

MEMETIK BUKIT DI DADAMU

MEMETIK BUKIT DI DADAMU

Tati Suniarti


memetik bukit di dadamu
bayangan itu makin menebal
halaman hati terlukis wajah-wajah
aku terkesima

menanam rindu di lidahmu
pucuk-pucuk rasa
mengarung rindu-rindu
percik percaya belah cemburu
kemudian melumat resah yang
meleleh di keningmu

MENCINTAI KAMU

MENCINTAI KAMU

Tati Suniarti

mencintai kamu sama dengan mencintai angin
jika terlalu banyak
bisa masuk angin

mencintai kamu
seperti mencipta sajak
terus diendapkan
agar tak keruh jadinya

mencintai kamu,pacarku
serupa dengan menggenggam salju
hatiku kesemutan
engkau mengalir begitu saja

PENGANTIN JAGUNG

PENGANTIN JAGUNG

Bambang Widiatmoko


antara jagung bakar dan kematian
alangkah dekat partautannya
asap wangi yang menyebar ke udara
kurasakan seperti bau tulang yang terbakar

hendak kujemput bafas kehidupan
di bawah beringin alun-alun utara
tapi bau jagung yang terbakar
membakar habis tulang-belulang semesta

jiwaku hangus dalam kesendirian
cintamu membara dalam tungku perapian
dua buah jagung bakar tergeletak di tikar
seperti sepasang pengantin tanpa undangan

CAHAYA CINTA

CAHAYA CINTA

Bambang Widiatmoko


cahaya cinta berpendar keseluruh kota
seperti sekawanan burung bercanda
dengan segala suka cita
tak peduli langit milik siapa

tapi cahaya cinta yang tersimpan
rapat dalam hati dan perasaan
menyimpan rahasia yang selalu
padam dalam perasaan membeku

baru kali ini aku merasa
semesta tak lagi seperti dahulu kala
bersembunyi di balik kacamata
siapa kira tuhan tidak semakin tua?

SIHIR CINTA

SIHIR CINTA

Bambang Widiatmoko


permukaan air memantul seperti kaca
cermin jiwa ketika terluka
matahari tenggelam menjadi surga

mencari jatidiri yang terasing
menghadapi nasib yang terpelanting
adakah telaga bisa menjawabnya
setelah kubenamkan diri dalam airnya?

di telaga ini aku tak tahu pasti
membayangkan dirimu tetap merasa nyeri
arus percintaan kian sepi
biarlah tersihir dalam hakekat bumi

Sabtu, 10 Juli 2010

API SUCI

API SUCI
sutan takdir alisyahbana


selama napas masih mengalun
selama jantung masih memukul
wahai api bakarlah jiwaku
biar mengaduh biar mengeluh


seperti waja merah membara
dalam bakaran api nyala
biar jiwaku habis terlebur
dalam kobaran nyala raya


sesak mendesak rasa kalbu
gelisah liar mata memandang
di mana duduk rasa dikejar


demikian rahmat tumpahkan selalu
nikmat rasa api menghangus
nyanyian semata bunyi jeritku

SEHABIS BERSIN

SEHABIS BERSIN

Rachmat M.SAS.Karana


apakah yang kaufikirkan
ketika duduk di kursi rotan?
keadaan dunia yang kian memburuk
perang timur tengah dan vietnam
bahaya cina-komunis
serta nasib bangsa yang tenggelam


namun karena kasihNya
walau bom meledak dimana-mana
matahari pagi masih menghantarkan sinarnya
menyorot padaku,yang sedang memandang angkasa
sambil menopang batok kepala yang pusing
hingga akupun bersin
tiga kali
dan hilanglah semua persoalan
terlempar bersama ingus
yang menyesak didalam hidung

Sabtu, 03 Juli 2010

BUNDA

BUNDA
M.Jafar Hafsah


telah tiga tahun
secara lahiriyah kita tidak bersama
tetapi bunda sekejap pun berbicara
di hati kami.di pikiran kami

ketika kami berkumpul
bunda tersenyum manis
menyapa dengan ramah
menasehati kami dengan arif
bertanya dengan bijak

saya menggosok mata,mencubit tangan
apa nyata,mimpi atau ilustrasi
ketiga-tiganya betul,nyata
ibunda bukan hanya melahirkan kami
tetapi bunda mengukir kenangan
membekali ilmu kearifan duniawi
membela dengan keikhlasan penuh

tetapi sejatinya
ketulusan dan keikhlasan tidak bertepi
sebagai totalitas
cinta abadi

Kamis, 01 Juli 2010

EPILOG

EPILOG

Nanang Suryadi


sempurnalah sempurna segala ingin
di ambang surup matahari mendingin

segala senja telah kau beri tanda
di padang buru di tebing-tebing cuaca

telah disemayamkan segala kelakar
terbakar bersama belukar julai akar
ke dalam diri ke luar diri
menembus batas segala mimpi

demikian,sunyi tak terbagi
milikku sendiri

ENIGMA

ENIGMA

Ilham Halimsyah


begitu lama bunga berguguran
membuai musim yang tak henti mengadu
pada laut pada gunung pada langit

barangkali kita telah lama saling mencaci
sehingga lupa warna pelangi

tak ada garis dan lengkung
tak ada wangi dan aroma
tak ada kata dan suara
semua dalam belenggu
kedunguan kita sendiri-sendiri

masih saja engkau menahan rintih di puncak pinus

RENUNGAN

RENUNGAN

Elin.S


bila bulan bisa kupindahkan
aku tak ingin malam
ia mengajak buka lembar dimensi
hingga menutup masa depanku

tanpa pamit
bila matahari bisa kupindahkan
aku mau terang selalu
ia balon gemilang
pemompa semangat hidupku
agar dapat
mencapai awan tepis mendung
menggapai nyata kikis duga
mengukir renungan di bingkai langit
betapa kita sebesar debu
di matanya

ANAK JALANAN

ANAK JALANAN

gendhotwukir

kenapa di mimpimu ada gerimis datang
dideras lautan bergelombang
menggenang,wajah jalanan melayang
saat membaca petang

anak jalanan
menjadi ribuan kunang-kunang
di hari hari-hari kian memanjang
menginjak bayang
de negri sesak hutang

TUHAN TELAH MENEGURMU

TUHAN TELAH MENEGURMU

Api Mustopa



tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan lewat
perut anak-anak yang kelaparan

tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
lewat semayup suara adzan

tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan
kesabaran

lewat gempa bumi yang berguncang
deru angin yang meraung-raung kencang
hujan dan banjir yang melintang pukang
adakah kau dengar?