AIR MATA AAYAT SUCI
Nding Saefudin
berdiri khsyuk menghadap tertib penuh sakral
terasa damai dan ada kesejukan disetiap nadi-nadiku
ku sapa dengan ayat-ayat suci yang penuh makna
menghantar air mata keikhlasan atas segalabya
ya.....muhammad SAW
engkau telah mewariskan kebenaran
langkahmu penuh pasti menghantar perintah-Nya
aku ingin selalu berada dalam genggaman kebenaran
kan selalu kugenggam A-qur`an sebagai pedoman
aku akan selalu mengenangmu
ku patut membuka mulut manis
bersenandung irama rasulku
dengan penuh sentuhan keimanan
Arsip Blog
-
▼
2010
(40)
-
▼
Juli
(23)
- PUISI: AIR MATA AYAT SUCI
- PUISI: UNTUK LORONG
- PUISI: wajah malam
- GUNUNG TAMBORA
- BANGSAKU
- SALAM RINDU
- BERUCAP KATA
- SURAT PERJANJIAN
- MERPATI PUTIH
- SANG PENYIHIR
- MEMETIK BUKIT DI DADAMU
- MENCINTAI KAMU
- PENGANTIN JAGUNG
- CAHAYA CINTA
- SIHIR CINTA
- API SUCI
- SEHABIS BERSIN
- BUNDA
- EPILOG
- ENIGMA
- RENUNGAN
- ANAK JALANAN
- TUHAN TELAH MENEGURMU
-
▼
Juli
(23)
Kamis, 22 Juli 2010
PUISI: UNTUK LORONG
UNTUK LORONG
Nding Saefudin
bertutur katalah yang baik saudaraku
bukan berkata untuk mencuri
berdirilah rentangkan tangan
buat lingkaran indah
lantas kita isi pundi-pundi kesepakatan
untuk menjalin kemufakatan
lepas dan relakan apa yang kita miliki
kita ramu bersama berbuat sesuatu
lantas kita tebarkan dalam lorong
agar lorong gelap menjadi terang
dan terisi menjadi berguna
lorong gelap disana menanti
apa yang kita miliki
liar
gunduka awan liar berkejaran
tak ada lagi putih
hitam semakin berkuasa
ufuk timur liar tak bersahabat
tak lagi memancarkan cahaya
gelap terus menyelimuti
garis-garis nurani liar berkuasa
menhantam kebenaran
menghujam demi kekuasaan
ayat-ayat suci dijadikan topeng
liar berhamburan tak lagi nyata
telah menjadi lipstik berdasi
kebenaran iman liar menjadi jasad
mati terbunuh mengejar jahil
tersungkur lumpur buta
engkau dan aku liar
saling merebut ketenaran
hanya tuk menunjukkan kemampuan
Nding Saefudin
bertutur katalah yang baik saudaraku
bukan berkata untuk mencuri
berdirilah rentangkan tangan
buat lingkaran indah
lantas kita isi pundi-pundi kesepakatan
untuk menjalin kemufakatan
lepas dan relakan apa yang kita miliki
kita ramu bersama berbuat sesuatu
lantas kita tebarkan dalam lorong
agar lorong gelap menjadi terang
dan terisi menjadi berguna
lorong gelap disana menanti
apa yang kita miliki
liar
gunduka awan liar berkejaran
tak ada lagi putih
hitam semakin berkuasa
ufuk timur liar tak bersahabat
tak lagi memancarkan cahaya
gelap terus menyelimuti
garis-garis nurani liar berkuasa
menhantam kebenaran
menghujam demi kekuasaan
ayat-ayat suci dijadikan topeng
liar berhamburan tak lagi nyata
telah menjadi lipstik berdasi
kebenaran iman liar menjadi jasad
mati terbunuh mengejar jahil
tersungkur lumpur buta
engkau dan aku liar
saling merebut ketenaran
hanya tuk menunjukkan kemampuan
Minggu, 18 Juli 2010
PUISI: wajah malam
WAJAH MALAM
Misnadien Zaim
seiring tinta ma`rifat
di balik wujud hakikat
kau kirim prajurit syariat
melalui jembatan tarekat
hati yang kau tanam dalam jiwa
jiwa yang kau tancap dalam raga
melukiskan tahta di balik sengsara
menebarkan asa seiring masa
tiada lain,selain hanya kepada-Nya
tiada waktu tanpa kecuali hanya untuk-Nya
dan tiada unutk kalau bukan kepada-Nya
takdir itu hanya dari-Nya
untuknya,dan kepadanya kita menyerah
iyyaka na`budu waiyaka nasta`ien
Misnadien Zaim
seiring tinta ma`rifat
di balik wujud hakikat
kau kirim prajurit syariat
melalui jembatan tarekat
hati yang kau tanam dalam jiwa
jiwa yang kau tancap dalam raga
melukiskan tahta di balik sengsara
menebarkan asa seiring masa
tiada lain,selain hanya kepada-Nya
tiada waktu tanpa kecuali hanya untuk-Nya
dan tiada unutk kalau bukan kepada-Nya
takdir itu hanya dari-Nya
untuknya,dan kepadanya kita menyerah
iyyaka na`budu waiyaka nasta`ien
Selasa, 13 Juli 2010
GUNUNG TAMBORA
GUNUNG TAMBORA
gunung tambora
menyundul langit biru sumbawa
pagi hari mentari mengirim sinar
menerpa wajah hijau berseri
sore hari terpatri
cahaya layung ramping
kening gunung menjulang
menyimpan misteri
memendam materi
air bening mengalir
membelit tumit bukit
menururni lahan sawah
mengalu kesuburan
membuka kelopak senyum warga dusun
damai pun menyemai
di mana-mana
gunung tambora
menyundul langit biru sumbawa
pagi hari mentari mengirim sinar
menerpa wajah hijau berseri
sore hari terpatri
cahaya layung ramping
kening gunung menjulang
menyimpan misteri
memendam materi
air bening mengalir
membelit tumit bukit
menururni lahan sawah
mengalu kesuburan
membuka kelopak senyum warga dusun
damai pun menyemai
di mana-mana
BANGSAKU
BANGSAKU
Fatima HR
dulu kami disakiti penjajah
sekarang kami memanen buah
dulu kami jadi romusha
ssekarang kami jadi pengusaha
aku bangga pada bangsaku
usai dibantai dan dihabisi
bangkit dengan semangat baru
dan berambisi
doa-doa ku menembus salju
tangis jerit yang dulu terngiang di telingaku
terkikis habis
melepas suram tangan meraih
di puncak gunung hati nurani
Fatima HR
dulu kami disakiti penjajah
sekarang kami memanen buah
dulu kami jadi romusha
ssekarang kami jadi pengusaha
aku bangga pada bangsaku
usai dibantai dan dihabisi
bangkit dengan semangat baru
dan berambisi
doa-doa ku menembus salju
tangis jerit yang dulu terngiang di telingaku
terkikis habis
melepas suram tangan meraih
di puncak gunung hati nurani
SALAM RINDU
SALAM RINDU
Gusriani
bersama angin kutitipkan
salam rindu untukmu
kucoba merangkai kata
sebagaia pencabut rindu
kasih...
kasih...
goreskan penamu
kabarkan tentangmu
rindu...
hanya salam rindu
yang dapat kusampaikan
oh...angin bantu diriku
tuk sampaikan salam
Gusriani
bersama angin kutitipkan
salam rindu untukmu
kucoba merangkai kata
sebagaia pencabut rindu
kasih...
kasih...
goreskan penamu
kabarkan tentangmu
rindu...
hanya salam rindu
yang dapat kusampaikan
oh...angin bantu diriku
tuk sampaikan salam
BERUCAP KATA
BERUCAP KATA
Irayani Yasin
kala senja datang menjemput
sang surya bercengkerama dengan alam
memasuki peraduan terakhir
berucap kata selamat tinggal matahari
langit biru bermandi jingga
bunga-bunga bernyanyi riang
menari dengan senyuman manis
berucap kata selamat datang bintang
waktu berlalu memudarkan jingga
burung senja berkicau riuh
mendendangkan musik alam
berucap kata selamat datang bulan
angin berhembus menyapu debu
menyejukkan hati sang pencinta
memuji keindahan alam
berucap kata selamat datang fajar
Irayani Yasin
kala senja datang menjemput
sang surya bercengkerama dengan alam
memasuki peraduan terakhir
berucap kata selamat tinggal matahari
langit biru bermandi jingga
bunga-bunga bernyanyi riang
menari dengan senyuman manis
berucap kata selamat datang bintang
waktu berlalu memudarkan jingga
burung senja berkicau riuh
mendendangkan musik alam
berucap kata selamat datang bulan
angin berhembus menyapu debu
menyejukkan hati sang pencinta
memuji keindahan alam
berucap kata selamat datang fajar
SURAT PERJANJIAN
SURAT PERJANJIAN
Zahratul Azizah
ibu,
ini kubawa sepiring kaktus
untuk makan malam kita
malam makin larut,ibu
tuangkan air matamu ke dalam gelas kaca
kita teliti gerakan busanya
lalu kita minum bersama-sama
agar kaktus tidak begitu busuk
agar mengeras baunya yang busuk
maaf,ibu...
sejak kecil aku selalu mengganggumu
menguras air susumu
menguras air matamu
bukan begitu maksudku
matahari yang salah,ibu
membakarku,merayuku,menghisapku
menerobos celah-celah dinding nuraniku
kau kini menangis
ketika sawah dan ladang kasih kita mengering
ibu...
saat aku kau sapih
aku merintih
bacalah suratku,ibu
kuselip suratku di balik kusen jendela
bacalah sepertiga malam
di bawah remang taplek musholla
Zahratul Azizah
ibu,
ini kubawa sepiring kaktus
untuk makan malam kita
malam makin larut,ibu
tuangkan air matamu ke dalam gelas kaca
kita teliti gerakan busanya
lalu kita minum bersama-sama
agar kaktus tidak begitu busuk
agar mengeras baunya yang busuk
maaf,ibu...
sejak kecil aku selalu mengganggumu
menguras air susumu
menguras air matamu
bukan begitu maksudku
matahari yang salah,ibu
membakarku,merayuku,menghisapku
menerobos celah-celah dinding nuraniku
kau kini menangis
ketika sawah dan ladang kasih kita mengering
ibu...
saat aku kau sapih
aku merintih
bacalah suratku,ibu
kuselip suratku di balik kusen jendela
bacalah sepertiga malam
di bawah remang taplek musholla
MERPATI PUTIH
MERPATI PUTIH
Jayanti
kepak sayap merpati
menghapus pilu kita
putihmu suci
sesuci embun pagi
kepak sayap merpati
menghapus galau hati
merdu suara bernyanyi
menyejukkan nurani
memberi arti
tiap hari
Jayanti
kepak sayap merpati
menghapus pilu kita
putihmu suci
sesuci embun pagi
kepak sayap merpati
menghapus galau hati
merdu suara bernyanyi
menyejukkan nurani
memberi arti
tiap hari
SANG PENYIHIR
SANG PENYIHIR
sutardji calzoum bachri
bahasa malaikatmu membelai mesra
buah dada cakrawala
kau sihir awan menjelma air susu
kuhisap lewat lidah-lidah cemara
getar segar rasa berselendang air mata
aku terpukau membilang-bilang
pasir di pesisir batang-batang
sekecil alam di paras malam
dan kuhitung jerawat-jerawat langit
yang menetas dan mencuat madu
madu rindu di kelopak mawarku
sutardji calzoum bachri
bahasa malaikatmu membelai mesra
buah dada cakrawala
kau sihir awan menjelma air susu
kuhisap lewat lidah-lidah cemara
getar segar rasa berselendang air mata
aku terpukau membilang-bilang
pasir di pesisir batang-batang
sekecil alam di paras malam
dan kuhitung jerawat-jerawat langit
yang menetas dan mencuat madu
madu rindu di kelopak mawarku
MEMETIK BUKIT DI DADAMU
MEMETIK BUKIT DI DADAMU
Tati Suniarti
memetik bukit di dadamu
bayangan itu makin menebal
halaman hati terlukis wajah-wajah
aku terkesima
menanam rindu di lidahmu
pucuk-pucuk rasa
mengarung rindu-rindu
percik percaya belah cemburu
kemudian melumat resah yang
meleleh di keningmu
Tati Suniarti
memetik bukit di dadamu
bayangan itu makin menebal
halaman hati terlukis wajah-wajah
aku terkesima
menanam rindu di lidahmu
pucuk-pucuk rasa
mengarung rindu-rindu
percik percaya belah cemburu
kemudian melumat resah yang
meleleh di keningmu
MENCINTAI KAMU
MENCINTAI KAMU
Tati Suniarti
mencintai kamu sama dengan mencintai angin
jika terlalu banyak
bisa masuk angin
mencintai kamu
seperti mencipta sajak
terus diendapkan
agar tak keruh jadinya
mencintai kamu,pacarku
serupa dengan menggenggam salju
hatiku kesemutan
engkau mengalir begitu saja
Tati Suniarti
mencintai kamu sama dengan mencintai angin
jika terlalu banyak
bisa masuk angin
mencintai kamu
seperti mencipta sajak
terus diendapkan
agar tak keruh jadinya
mencintai kamu,pacarku
serupa dengan menggenggam salju
hatiku kesemutan
engkau mengalir begitu saja
PENGANTIN JAGUNG
PENGANTIN JAGUNG
Bambang Widiatmoko
antara jagung bakar dan kematian
alangkah dekat partautannya
asap wangi yang menyebar ke udara
kurasakan seperti bau tulang yang terbakar
hendak kujemput bafas kehidupan
di bawah beringin alun-alun utara
tapi bau jagung yang terbakar
membakar habis tulang-belulang semesta
jiwaku hangus dalam kesendirian
cintamu membara dalam tungku perapian
dua buah jagung bakar tergeletak di tikar
seperti sepasang pengantin tanpa undangan
Bambang Widiatmoko
antara jagung bakar dan kematian
alangkah dekat partautannya
asap wangi yang menyebar ke udara
kurasakan seperti bau tulang yang terbakar
hendak kujemput bafas kehidupan
di bawah beringin alun-alun utara
tapi bau jagung yang terbakar
membakar habis tulang-belulang semesta
jiwaku hangus dalam kesendirian
cintamu membara dalam tungku perapian
dua buah jagung bakar tergeletak di tikar
seperti sepasang pengantin tanpa undangan
CAHAYA CINTA
CAHAYA CINTA
Bambang Widiatmoko
cahaya cinta berpendar keseluruh kota
seperti sekawanan burung bercanda
dengan segala suka cita
tak peduli langit milik siapa
tapi cahaya cinta yang tersimpan
rapat dalam hati dan perasaan
menyimpan rahasia yang selalu
padam dalam perasaan membeku
baru kali ini aku merasa
semesta tak lagi seperti dahulu kala
bersembunyi di balik kacamata
siapa kira tuhan tidak semakin tua?
Bambang Widiatmoko
cahaya cinta berpendar keseluruh kota
seperti sekawanan burung bercanda
dengan segala suka cita
tak peduli langit milik siapa
tapi cahaya cinta yang tersimpan
rapat dalam hati dan perasaan
menyimpan rahasia yang selalu
padam dalam perasaan membeku
baru kali ini aku merasa
semesta tak lagi seperti dahulu kala
bersembunyi di balik kacamata
siapa kira tuhan tidak semakin tua?
SIHIR CINTA
SIHIR CINTA
Bambang Widiatmoko
permukaan air memantul seperti kaca
cermin jiwa ketika terluka
matahari tenggelam menjadi surga
mencari jatidiri yang terasing
menghadapi nasib yang terpelanting
adakah telaga bisa menjawabnya
setelah kubenamkan diri dalam airnya?
di telaga ini aku tak tahu pasti
membayangkan dirimu tetap merasa nyeri
arus percintaan kian sepi
biarlah tersihir dalam hakekat bumi
Bambang Widiatmoko
permukaan air memantul seperti kaca
cermin jiwa ketika terluka
matahari tenggelam menjadi surga
mencari jatidiri yang terasing
menghadapi nasib yang terpelanting
adakah telaga bisa menjawabnya
setelah kubenamkan diri dalam airnya?
di telaga ini aku tak tahu pasti
membayangkan dirimu tetap merasa nyeri
arus percintaan kian sepi
biarlah tersihir dalam hakekat bumi
Sabtu, 10 Juli 2010
API SUCI
API SUCI
sutan takdir alisyahbana
selama napas masih mengalun
selama jantung masih memukul
wahai api bakarlah jiwaku
biar mengaduh biar mengeluh
seperti waja merah membara
dalam bakaran api nyala
biar jiwaku habis terlebur
dalam kobaran nyala raya
sesak mendesak rasa kalbu
gelisah liar mata memandang
di mana duduk rasa dikejar
demikian rahmat tumpahkan selalu
nikmat rasa api menghangus
nyanyian semata bunyi jeritku
sutan takdir alisyahbana
selama napas masih mengalun
selama jantung masih memukul
wahai api bakarlah jiwaku
biar mengaduh biar mengeluh
seperti waja merah membara
dalam bakaran api nyala
biar jiwaku habis terlebur
dalam kobaran nyala raya
sesak mendesak rasa kalbu
gelisah liar mata memandang
di mana duduk rasa dikejar
demikian rahmat tumpahkan selalu
nikmat rasa api menghangus
nyanyian semata bunyi jeritku
SEHABIS BERSIN
SEHABIS BERSIN
Rachmat M.SAS.Karana
apakah yang kaufikirkan
ketika duduk di kursi rotan?
keadaan dunia yang kian memburuk
perang timur tengah dan vietnam
bahaya cina-komunis
serta nasib bangsa yang tenggelam
namun karena kasihNya
walau bom meledak dimana-mana
matahari pagi masih menghantarkan sinarnya
menyorot padaku,yang sedang memandang angkasa
sambil menopang batok kepala yang pusing
hingga akupun bersin
tiga kali
dan hilanglah semua persoalan
terlempar bersama ingus
yang menyesak didalam hidung
Rachmat M.SAS.Karana
apakah yang kaufikirkan
ketika duduk di kursi rotan?
keadaan dunia yang kian memburuk
perang timur tengah dan vietnam
bahaya cina-komunis
serta nasib bangsa yang tenggelam
namun karena kasihNya
walau bom meledak dimana-mana
matahari pagi masih menghantarkan sinarnya
menyorot padaku,yang sedang memandang angkasa
sambil menopang batok kepala yang pusing
hingga akupun bersin
tiga kali
dan hilanglah semua persoalan
terlempar bersama ingus
yang menyesak didalam hidung
Sabtu, 03 Juli 2010
BUNDA
BUNDA
M.Jafar Hafsah
telah tiga tahun
secara lahiriyah kita tidak bersama
tetapi bunda sekejap pun berbicara
di hati kami.di pikiran kami
ketika kami berkumpul
bunda tersenyum manis
menyapa dengan ramah
menasehati kami dengan arif
bertanya dengan bijak
saya menggosok mata,mencubit tangan
apa nyata,mimpi atau ilustrasi
ketiga-tiganya betul,nyata
ibunda bukan hanya melahirkan kami
tetapi bunda mengukir kenangan
membekali ilmu kearifan duniawi
membela dengan keikhlasan penuh
tetapi sejatinya
ketulusan dan keikhlasan tidak bertepi
sebagai totalitas
cinta abadi
M.Jafar Hafsah
telah tiga tahun
secara lahiriyah kita tidak bersama
tetapi bunda sekejap pun berbicara
di hati kami.di pikiran kami
ketika kami berkumpul
bunda tersenyum manis
menyapa dengan ramah
menasehati kami dengan arif
bertanya dengan bijak
saya menggosok mata,mencubit tangan
apa nyata,mimpi atau ilustrasi
ketiga-tiganya betul,nyata
ibunda bukan hanya melahirkan kami
tetapi bunda mengukir kenangan
membekali ilmu kearifan duniawi
membela dengan keikhlasan penuh
tetapi sejatinya
ketulusan dan keikhlasan tidak bertepi
sebagai totalitas
cinta abadi
Kamis, 01 Juli 2010
EPILOG
EPILOG
Nanang Suryadi
sempurnalah sempurna segala ingin
di ambang surup matahari mendingin
segala senja telah kau beri tanda
di padang buru di tebing-tebing cuaca
telah disemayamkan segala kelakar
terbakar bersama belukar julai akar
ke dalam diri ke luar diri
menembus batas segala mimpi
demikian,sunyi tak terbagi
milikku sendiri
Nanang Suryadi
sempurnalah sempurna segala ingin
di ambang surup matahari mendingin
segala senja telah kau beri tanda
di padang buru di tebing-tebing cuaca
telah disemayamkan segala kelakar
terbakar bersama belukar julai akar
ke dalam diri ke luar diri
menembus batas segala mimpi
demikian,sunyi tak terbagi
milikku sendiri
ENIGMA
ENIGMA
Ilham Halimsyah
begitu lama bunga berguguran
membuai musim yang tak henti mengadu
pada laut pada gunung pada langit
barangkali kita telah lama saling mencaci
sehingga lupa warna pelangi
tak ada garis dan lengkung
tak ada wangi dan aroma
tak ada kata dan suara
semua dalam belenggu
kedunguan kita sendiri-sendiri
masih saja engkau menahan rintih di puncak pinus
Ilham Halimsyah
begitu lama bunga berguguran
membuai musim yang tak henti mengadu
pada laut pada gunung pada langit
barangkali kita telah lama saling mencaci
sehingga lupa warna pelangi
tak ada garis dan lengkung
tak ada wangi dan aroma
tak ada kata dan suara
semua dalam belenggu
kedunguan kita sendiri-sendiri
masih saja engkau menahan rintih di puncak pinus
RENUNGAN
RENUNGAN
Elin.S
bila bulan bisa kupindahkan
aku tak ingin malam
ia mengajak buka lembar dimensi
hingga menutup masa depanku
tanpa pamit
bila matahari bisa kupindahkan
aku mau terang selalu
ia balon gemilang
pemompa semangat hidupku
agar dapat
mencapai awan tepis mendung
menggapai nyata kikis duga
mengukir renungan di bingkai langit
betapa kita sebesar debu
di matanya
Elin.S
bila bulan bisa kupindahkan
aku tak ingin malam
ia mengajak buka lembar dimensi
hingga menutup masa depanku
tanpa pamit
bila matahari bisa kupindahkan
aku mau terang selalu
ia balon gemilang
pemompa semangat hidupku
agar dapat
mencapai awan tepis mendung
menggapai nyata kikis duga
mengukir renungan di bingkai langit
betapa kita sebesar debu
di matanya
ANAK JALANAN
ANAK JALANAN
gendhotwukir
kenapa di mimpimu ada gerimis datang
dideras lautan bergelombang
menggenang,wajah jalanan melayang
saat membaca petang
anak jalanan
menjadi ribuan kunang-kunang
di hari hari-hari kian memanjang
menginjak bayang
de negri sesak hutang
gendhotwukir
kenapa di mimpimu ada gerimis datang
dideras lautan bergelombang
menggenang,wajah jalanan melayang
saat membaca petang
anak jalanan
menjadi ribuan kunang-kunang
di hari hari-hari kian memanjang
menginjak bayang
de negri sesak hutang
TUHAN TELAH MENEGURMU
TUHAN TELAH MENEGURMU
Api Mustopa
tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan lewat
perut anak-anak yang kelaparan
tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
lewat semayup suara adzan
tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan
kesabaran
lewat gempa bumi yang berguncang
deru angin yang meraung-raung kencang
hujan dan banjir yang melintang pukang
adakah kau dengar?
Api Mustopa
tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan lewat
perut anak-anak yang kelaparan
tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
lewat semayup suara adzan
tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan
kesabaran
lewat gempa bumi yang berguncang
deru angin yang meraung-raung kencang
hujan dan banjir yang melintang pukang
adakah kau dengar?
Langganan:
Postingan (Atom)